-SUMBER BERITA Myanmar sedang menjadi pusat perhatian dunia sehubungan dengan krisis Rohingya, yaitu dugaan pembantaian etnis Rohingya di wilayah bergolak dekat perbatasan dengan Bangladesh.
Negeri yang dulunya bernama Burma memang bersifat tertutup selama puluhan tahun. Bahkan, setelah membuka diri dan bergabung dengan ASEAN, masih banyak aspek kehidupan masyarakatnya yang belum diketahui.
Dikutip dari laporan lawas Ozy pada Rabu (6/9/2017), setelah terbuka perlahan-lahan, Myanmar diduga mengalami revolusi lain di tengah masyarakat: revolusi seks.
Dalam laporan tersebut dikisahkan tentang suasana dalam bar kelas atas di kota Yangon. Tempat hiburan itu ramai dikunjungi para pekerja LSM, guru, dan kaum wiraswasta di tengah kerumunan kaum muda kalangan mampu negeri itu.
Di tengah Myanmar yang sangat konservatif dan berada di bawah junta militer hingga 2010, pemandangan itu semakin lazim.
Seperti halnya aspek politik dan ekonomi yang berkembang, maka konvensi-konvensi sosial di Myanmar juga berkembang sehingga membenturkan cara pandang modern tentang hubungan dan seksualitas dengan norma-norma tradisional.
Menurut para pakar, segelintir wanita mulai menantang pembatasan kaku peran gender dan pasangan-pasangan muda lebih bebas melakukan seks. Suatu masyarakat kecil LGBT mulai tampak dan berani tampil.
Dengan caranya sendiri yang sedikit demi sedikit, Myanmar sedang mengalami revolusi seksual.
Marie Stopes International adalah suatu organisasi non-pemerintah yang menyediakan layanan kesehatan reproduktif.
Mengenai tren itu, Sid Naing, direktur di Marie Stopes International, mengatakan, "Orang mempertunjukkan rasa sayang di muka umum dan kelihatannya toleransi sudah lebih besar."
Sejak menjalankan pemerintahan sipil pada 2010, Myanmar telah menciptakan lebih banyak pekerjaan dan menambah kesejahteraan. Sekitar 2015, pertumbuhan ekonomi melonjak menjadi 8 persen per tahun, dibandingkan dengan 4 hingga 5 persen di kebanyakan negara berkembang lainnya, demikian menurut Bank Dunia.
Myanmar telah menarik wisatawan dan para pekerja asing, termasuk beberapa perusahaan telekomunikasi internasional (Telenor dari Norwegia, Ooredoo dari Qatar). Layanan nirkabel pun meluas.
Benarkah Revolusi Seksual' Melanda Myanmar?
Reviewed by Unknown
on
September 06, 2017
Rating:
Reviewed by Unknown
on
September 06, 2017
Rating:


No comments: